Fungsi Keluarga yang Baik menurunkan 4 kali ketergantungan internet dan meingkatkan prestasi belajar 2 kali lipatnya pada anak dan remaja

FUNGSI KELUARGA YANG BAIK MENURUNKAN 4X KETERGANTUNGAN INTERNET DAN MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PADA ANAK DAN REMAJA


Teknologi internet digunakan oleh sebagian besar orang untuk melakukan berbagai macam aktifitas kehidupan. Penemuan adanya internet ini telah banyak memberikan manfaat yang mampu merubah dunia menjadi serba instan terutama dibidang informasi, hiburan, komunikasi dan transaksi namun dilain pihak internet juga banyak menimbulkan masalah kesehatan mental salah satunya adalah adiksi  atau ketergantungan internet. 
Remaja sebagai tulang punggung dan harapan masa depan suatu bangsa banyak mengalami adiksi internet yang dikhawatirkan memberikan dampak buruk kepada masa depan bangsa. Adiksi internet menjadikan mereka pribadi yang mengalami gangguan baik secara fisik, mental dan sosial dan berujung pada hancurnya masa depan bangsa.

Hasil studi juga menemukan bahwa sebesar 50% remaja menggunakan internet setiap hari (Santrock, 2007). Kecanduan atau adiksi merupakan perilaku ketergantungan pada suatu hal yang disenangi, biasanya otomatis melakukan pada kesempatan yang ada (Dyah, 2009). Remaja yang duduk di bangku sekolah menengah memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami adiksi internet, karena pada masa ini, anak sudah mulai lepas dari orang tua dan bergaul dengan teman sebayanya. Mereka sangat memerlukan peran orang tua sebagai kepala keluarga dalam memberikan pola asuh hingga dewasa. Keluarga yang baik merupakan dasar yang kuat untuk mengontrol pertumbuhan dan perkembangan anak dikemudian hari.

Penelitian yang saya lakukan pada anak remaja Sekolah menengah Atas Negeri yang di ambil secara acak pada 321 orang di Kota Denpasar mendapatkan hasil bahwa :
Dari hasil penelitian yang dilakukan bahwa dapat disimpulkan bahwa:
1.         Angka prevalensi adiksi internet pada remaja di Denpasar sebesar 76,4% yang merupakan jumlah yang cukup besar dan jumlah ini cenderung akan meningkat setiap tahunnya. 
2.         Fungsi keluarga yang baik menurunkan adiksi internet dan meningkatkan prestasi belajar pada remaja untuk dapat meningkatkan kualitas generasi muda bangsa.
3.         Adiksi internet mempengaruhi prestasi belajar remaja di sekolahnya, tetapi tidak diketahui tipe penggunaan internet mana yang meningkatkan atau menurunkan prestasi belajar.
4.         Jika terdapat faktor fungsi keluarga buruk dan faktor adiksi internet pada remaja menyebabkan prestasi belajar yang lebih buruk.
5.         Fungsi keluarga yang baik empat kali menurunkan risiko terjadinya adiksi internet pada remaja sehingga peran fungsi keluarga sangat penting untuk dapat melakukan usaha preventif pada adiksi internet.

Adapun fungsi keluarga tersebut adalah sebagai berikut :

       MacMaster Family Function (MMFF) melalui FAD menggolongkan enam dimensi yang dianggap dapat menggambarkan fungsi suatu keluarga, dengan asumsi bahwa diperlukan banyak dimensi untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif atas suatu yang kompleks seperti keluarga. Berikut ini penjabaran dari keenam dimensi fungsi keluarga:


1.     Penyelesaian masalah (Problem solving)
Dimensi ini menilai kemampuan keluarga dalam menyelesaikan masalah-masalah yang mengancam integritas dan kapasitas fungsional keluarga (Setiawan, 2007). Dimensi proses menyelesaikan masalah memiliki tujuh tahapan yang harus dilalui. Ketujuh tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
1.   Identifikasi masalah.
2.    Mengkomunikasi masalah dengan sumber daya yang ada, baik didalam maupun di luar keluarga.
3.    Mengembangkan alternatif tindakan yang dilakukan.
4.    Memutuskan tindakan yang akan diambil.
5.     Bertindak atau melaksanakan keputusan.
6.     Memonitor langkah yang sudah dilakukan.
7.     Mengevaluasi keberhasilan langkah yang diambil.
       Menurut MMFF, keluarga yang dapat menyelesaikan masalahnya adalah keluarga yang dapat berfungsi dan efektif, sedangkan keluarga yang tidak dapat menyelesaikan masalah tersebut, bahkan berhenti sejak tahap pertama, yaitu tidak dapat mengidentifikasi masalahnya adalah keluarga yang paling tidak efektif (Mardiani, 2012).

2.         Komunikasi (Communication)
Dimensi ini menilai bagaimana pertukaran informasi antar anggota keluarga terutama ditekankan pada kejelasan dari isi pesan verbal dan ditujukan kepada siapa. Dimensi ini sama halnya dengan penyelesaian masalah, pada dimensi ini juga terbagi menjadi area instrumental dan area afektif. Cara berkomunikasinya terbagi menjadi dua kontinum, yaitu jelas vs terselubung (apakah pesannya jelas atau maknanya tersembunyi) dan langsung vs tidak langsung (apakah langsung ditujukan pada orang yang dimaksud atau tidak), sehingga terdapat empat gaya berkomunikasi. Keempat gaya tersebut adalah jelas dan langsung, jelas dan tidak langsung, terselubung dan langsung, dan terselubung dan tidak langsung. Dalam dimensi ini semakin sering berkomunikasi terselubung dan tidak langsung, maka semakin tidak efektif fungsi keluarganya. Sebaliknya, semakin sering menggunakan komunikasi yang jelas dan langsung, maka keluarga tersebut semakin efektif (Mardiani, 2012).

3.         Peran (Roles)
       Skala ini menilai kemampuan keluarga menetapkan pola tingkah laku dalam menjalankan fungsi keluarga sehari-hari. Beberapa fungsi yang harus dilakukan oleh setiap anggota keluarga agar keluarga tersebut dapat dikatakan berfungsi dengan baik dan sehat. Fungsi keluarga tersebut dapat dikelompokkan menjadi lima fungsi dasar keluarga yaitu;
1.         Penyedia kebutuhan dasar, meliputi tugas dan fungsi yang berkaitan dengan penyediaan uang, sandang dan papan.
2.         Pengasuhan dan dukungan, meliputi penyedia rasa nyaman, kehangatan, dukungan bagi keluarga.
3.         Pemenuhan kebutuhan seksual dewasa, dimana suami dan istri kebutuhan seksualnya dapat terpenuhi serta didukung dengan kedekatan secara emosi.
4.         Perkembangan pribadi, meliputi tugas-tugas yang berkaitan dengan fisik, emosi, akademis dan sosial bagi anak-anak dan perkembangan karir dan hubungan sosial dewasa.
5.         Pengaturan dan pemeliharaan sistem, meliputi berbagai macam fungsi termasuk teknik dan tindakan yang diperlukan untuk mempertahankan standar keluarga, seperti pengambilan keputusan, batasan dan keanggotaan keluarga, implementasi dan kontrol perilaku, mengatur pengeluaran rumah tangga, dan hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan anggota keluarga.
Dua fungsi tambahan selain fungsi diatas sebagai pelengkap yang masih merupakan bagian dari dimensi ini yaitu:
1.         Pembagian peran, yaitu pola keluarga dalam menentukan peran masing-masing anggotanya termasuk pertimbangannya.
2.         Tanggung jawab peran, yaitu prosedur di dalam keluarga untuk melihat apakah tugas sudah dijalankan.
Keluarga yang dapat memenuhi semua fungsi dasar keluarga, mempunyai pembagian tugas yang jelas, serta tanggung jawab peran, terjaga dengan baik, maka dapat dikatakan keluarga ini berfungsi dengan efektif. Keluarga yang paling tidak efektif adalah keluarga yang fungsi dasarnya tidak terpenuhi dan pembagian serta tanggung jawab perannya tidak terjaga dengan baik (Mardiani, 2012).


4.         Responsifitas Afektif (affective responsiveness)
       Dimensi ini menilai tentang kemampuan keluarga dalam memberikan reaksi afektif yang sesuai terhadap berbagai macam rangsangan. Definisinya secara kuantitatif adalah frekuensi respon yang masih berada pada tahap wajar, yaitu tidak terlalu sering atau bahkan tidak ada sama sekali. Keluarga dikatakan dapat berfungsi secara efektif dalam dimensi ini adalah keluarga yang dapat menampilkan respon yang bervariasi dan tepat dalam hal jumlah dan kualitasnya. Keluarga yang paling tidak efektif adalah keluarga yang mempunyai variasi respon sangat sempit konteksnya (Mardiani, 2012).

5.         Keterlibatan Afektif (affective Involment)
       Keterlibatan afektif menilai sejauh mana anggota keluarga memberikan perhatian dan melibatkan diri pada kegiatan anggota keluarga yang lain. Dimensi ini memfokuskan pada seberapa banyak dan bagaimana caranya seorang anggota keluarga menunjukkan rasa ketertarikannya kepada satu sama lain. Dalam dimensi ini ada enam gaya keterlibatan terhadap keluarga lain yang diidentifikasikan, yaitu:
1.         Kurang terlibat yaitu tidak menunjukkan ketertarikan sama sekali.
2.         Keterlibatan tanpa perasaan yaitu menunjukkan sedikit rasa ketertarikan tetapi hanya sebatas untuk pengetahuan saja.
3.         Keterlibatan narsistik yaitu mau terlibat dengan anggota keluarga lain hanya jika perilaku tersebut ada manfaatnya bagi diri sendiri.
4.         Keterlibatan empatik yaitu mau terlibat dengan anggota keluarga lain demi anggota keluarga lain.
5.         Terlalu terlibat yaitu keterlibatan anggota keluarga lain yang sangat berlebihan.
6.         Keterlibatan simbiotik yaitu adanya kesulitan yang jelas dalam membedakan satu anggota keluarga lainnya.
       Berdasarkan enam gaya diatas, keluarga yang paling sehat adalah keluarga yang mempunyai keterlibatan empatik, sedangkan keluarga yang paling tidak efektif adalah keluarga yang memiliki gaya keterlibatan simbiotik atau kurang terlibat. (Mardiani, 2012).

6.         Kontrol perilaku (Behaviour control)
     Dimensi kontrol perilaku didefinisikan sebagai pola yang diadopsi oleh sebuah keluarga mengenai perilaku dalam tiga area berikut: situasi yang membahayakan secara fisik, situasi dalam pemenuhan dan ekspresi kebutuhan dan dorongan secara psikobiologis, dan situasi yang melibatkan perilaku sosialisasi interpersonal, baik di antara keluarga maupun orang lain yang bukan keluarga (Mardiani, 2012).
       Keluarga akan mengembangkan standar mereka masing-masing mengenai perilaku yang bisa dan tidak bisa diterima. Terdapat empat kategori kontrol perilaku dalam keluarga yang didasarkan pada variasi standard perilaku yang dapat diterima:
1.         Kontrol perilaku yang kaku yaitu terdapat standar yang sempit dan kaku sehingga sangat sedikit negosiasi tentang berbagai situasi.
2.         Kontrol perilaku yang fleksibel yaitu menetapkan standar yang logis, ada kesempatan untuk berubah dan melakukan negosiasi sesuai kontekss situasi.
3.         Kontrol perilaku laissez-faire yaitu tidak memiliki standar, setiap perubahan diperbolehkan tanpa melihat konteks.
4.         Kontrol perilaku tidak beraturan yaitu adanya perubahan yang terjadi secara random dan tak terduga antara tipe 1-3, sehingga anggota tidak mengetahui standar apa yang berlaku dan seberapa banyak negosiasi dimungkinkan terjadi.
       Berdasarkan penjelasan diatas, keluarga yang paling sehat dan efektif adalah keluarga yang menerapkan kontrol perilaku yang fleksibel, sedangkan keluarga yang paling tidak efektif adalah keluarga dengan tipe kontrol perilaku yang tidak beraturan (Mardiani, 2012).

Penggunaan internet yang tidak terkontrol/ patologis dapat mengakibatkan konsekuensi kehidupan yang negatif seperti rendahnya prestasi hingga kegagalan akademik pada remaja, konflik keluarga dan konflik sosial. Selain itu adanya adiksi internet menurunkan jumlah interaksi yang face-to-face dan kondisi ini mengarah kepada isolasi sosial dan depresi. Peningkatan jumlah waktu yang lebih banyak untuk online membuat seorang remaja menjadi berkurang waktunya untuk aktifitas yang lebih penting seperti mengerjakan tugas sekolahnya, mengikuti penuh kegiatan sekolah dll. (Widyawati, 2010).
       Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa fungsi keluarga memegang peran penting dalam memenuhi kebutuhan remaja dan memberikan tuntutan perilaku untuk mengembangkan potensi anak remaja secara optimal di abad digital ini yang tidak berbeda dengan orang tua sepanjang segala abad. Remaja terus berkembang, mereka ingin otonom dan kebebasan. Saat umur remaja adalah fase mencari identitas diri (Wu dkk, 2016). Orang tua harus membangun komunikasi yang hangat dan terbuka dengan anak, dan sebaiknya dapat mengeksplorasi internet bersama anaknya, masuk dalam dunia maya mereka dan mengenali perilaku anak dalam dunia maya (Wiratna, 2012 & Widyawati, 2010).

Semoga bermanfaat

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nomor Invoice, Lacak pesanan dan Cara Bayar order Oriflame

Mengganti Alamat Pengiriman

Costumer Servis Oriflame Secara Umum